Wednesday, March 9, 2022

ARSIP BLOG

ARSIP BLOG 


PLUS : Posting Artikel 10102021 (maaf .... harus kami buka lagi ..... ini sama sekali tanpa maksud apapun juga ... agar kami harus jujur terbuka akan realitas tersirat permainan keabadian  dalam fenomena kehidupan manusiawi kita ( Just for Gnosis ... Hanya untuk mementingkan kebenaran bukan pembenaran kepentingan .... apalagi tendensi politis tertentu saja)
10102021
10102021
Demo Omnibus Law
Link Video News
Link Data 
Draft / Final RUU Cipta Kerja versi 1 - versi 2 - versi 3 (panja?)
Draft / Final RUU Cipta Kerja versi hoax  ?
Sial, kita memang susah dewasa ... warga bangsa sumbu pendek (cupet nalar sehingga walau beragama dan berbudaya sering kurang beretika tanpa logika akal sehat apalagi empati nurani ... asal njeplak & teriak menebar pesona palsu untuk pengakuan dan membentuk opini semu demi kepentingan ... bukan hanya mudah kacau tersulut hasad namun malah menyebar hasut.)  
Belum jelas/resmi sudah ribut ...perlu 'njogo rogo' (zahiriah vs virus corona) juga 'njogo roso' (batiniah vs stress corona) walau memang dimaklumi manuver tersirat 'politik kendil' conflict of interest bisnis para elite di negeri ini (disinformasi publik ?). 
Kebodohan irasionalitas atau rasionalisasi pembodohan ? Demo buruh atau buruh demo ? Demokrasi legitimatif atau Demo Crazy anarkisme (untuk kemudian pembenaran autorisasi & eksploitasi tersirat rezim otoriter / mafia oligarkis paska teror mental/aktual ? )  
Jadi ingat clip komik jadul posting blog kami dan artikel blog sebelumnya tentang akhir zaman.
to the point, ini ajalah... 
Kutipan posting akhir zaman Dhamma Sekha   http://kalamadharma.blogspot.com/ 
(Maybe?) you may say I am a dreamer, but I am not the only one.... (Mungkin)  anda boleh mengatakan saya adalah pemimpi namun saya bukanlah satu-satunya orang tersebut ... ingat penggalan lyrik lagu Imagine John Lennon Beatles tahun 70-an ini (masih SD, bro?) ?. Kalau saya tidak lupa mengingat referensi lama mungkin Sri Aurobindo seorang mistisi/pemerhati spiritualitas modern India (?) pernah mengungkapkan pernyataan yang berbeda dari kebanyakan pandangan umum yang biasanya kelam/ negatif tentang keberadaan akhir zaman nanti. Ada fitnah besar dan perang hebat antara dualitas yang benar dan salah (yang benar pastinya menjadi pemenang atau yang menang akhirnya dianggap benar ... history atau his story ? ... entahlah ... peristiwa memang terjadi namun sejarah /bisa?/ dicipta) ada juga ini ... fase kappa turun dikarenakan sudah merosotnya etika manusia maka pada masa itu kezaliman menjadi kelaziman bahkan atas nama kebenaran, kebijakan dan kebajikan sekalipun kepalsuan, kebejatan dan kekejaman halal, legal bahkan normal dilakukan hingga jatah usia manusia menjadi susut hingga 10 (sepuluh) tahun ? Walau tidak menafikan mungkin akan terjadi demikian sebagaimana harusnya diterima dan diyakini (demi tetap perlu eksis dan lestarinya siklus permainan samsarik ?), namun demi sinkronisasi pengharapan yang positif  ... alih-alih meng-'amin'-i nubuat negatif tersebut, Sri Aurobindo (tolong direcheck namanya ... kalau tidak salah saya baca buku Anand Khrisna antara tahun 1990-an sebelum rehat 'nge-lumrah' menikah th 2000 menjalani kehidupan awam orang kebanyakan) malah menyatakan (positif/ optimis) bahwa ada kemungkinan juga pada saat itu justru terjadi sebaliknya ... Terjadi Pencerahan Total (?). Dalam kebersamaan pemberdayaan kedamaian semesta tersebut tidak ada gunanya fitnah apalagi harus ada perang besar yang bukan hanya secara parah menghancurkan peradaban namun juga melenyapkan keberadaban manusia itu sendiri .... sehingga cukuplah jatah 10 tahun akselerasi taktis masa pencerahan sudah bisa dicapai (?). Manusia saat itu sudah begitu sadar, cakap dan layak untuk saling memberdaya diri sebagai/selayak Ariya puggala baik di level swadika, talenta maupun visekha (istilah pali mungkin Kammavipaka/ kammassakata ?). Tanpa pandangan/niatan/tindakan yang salah dan buruk hindari dari apaya, dengan kebaikan sikap/sifat/amal yang wajar dan murni layakkan surga, dengan perkembangan ke-tihetuka-an mantapkan samadhi layakkan jhana Rupa Brahma 4 sampai moksha anenja ? , dalam kekokohan samadhi tingkatkan panna bagi pencerahan hingga kebebasan ?

But, by the way ... Istilah 'omni-bus' menarik dan menginspirasi juga ... pas galau/ribet & macet bikin privat manual (Dhamma - English - etc) ... demi masukan revised perlu 'uji materi' offset publik ?
Terlepas dari pro Jokowi Pilpres 2014, keprihatinan atas terpenjaranya Ahok paska pilkada DKI dan golput pilpres 2019 (hanya 2 dari 5 kartu suara yang sejujurnya saya gunakan : DPRD kab & DPD... sungkan domisili & profesi, bro .... ) posting ini bukanlah masalah politik. Ini hanyalah posting artikel Gnosis Wisdom lanjutan (?) bagi ... maaf  ... spesial bagi para Truth & True Seeker di manapun berada (apapun label/ level dimensinya).... yang walau memang seharusnya  bijak terjaga untuk tidak mudah percaya/ terbawa dari pandangan lainnya ini namun tetap terbuka menerima cara pandang lain yang mungkin berbeda (tanpa harus menyetujui tanpa kebijaksanaan pertimbangan akan rasionalitas kemungkinan untuk realisasi pembuktiannya).
Terma Omnibus Law sebagai terobosan inovatif akan tatanan sistem juridis perundangan yang terpadu , terlepas dari masalah pro dan kontra saat ini, cukup inspiratif bagi kami untuk memadukan desain paradigma pandangan gnosis wisdom spiritualitas kehidupan yang ada secara holistic dan harmonis dari mozaik sistem yang ada. Tampaknya juga diperlukan postulasi berpandangan yang bukan hanya benar namun juga luas menyeluruh dan berimbang (etika kosmik peniscayaan keberdayaan pacceka / realisasi saddha (neyya savaka ?) tanpa arogansi /eksploitasi dogma) sebagai stabilitas orientasi yang tepat dan jelas untuk kelancaran aktualisasi penempuhan yang harmonis dan holistik (transcendental, universal, eksistensial) yang tidak sekedar menunjang pemantapan kesediaan subsistensi eksistensial kehidupan disini saat ini (kedewasaan persona, kehandalan regista, kemantapan persada) namun terutama pelancaran kesiagan progress realisasi transenden berikutnya (zenka swadika, genia talenta, hisab visekha).... Ribet istilahnya, ya .... hehehe. 
Well, segala yang kita lakukan sesungguhnya tidak sekedar memiliki effek kosmik namun juga dampak karmik episode samsarik berikutnya (bukan hanya diri namun juga keseluruhan plus lainnya). Daripada terpedayakan pendagelan yang bukan hanya sesat tetapi menyesatkan dengan kerusakan diri dan pengrusakan lainnya demi pemuasan kebencian/ pengumbaran kedengkian untuk peraihan kekuasaan dengan penghancuran kebersamaan (mencela sesungguhnya tercela bahkan pasti akan mencelakai diri sendiri selain lainnya dan sama sekali tidak menjadikan diri mulia bahkan malah menjadi nista karena kesombongan perendahan lainnya dengan meninggikan diri sendiri ... bukan hanya sekedar mengharapkan namun sudah mengusahakan celaka ? seperti bumerang yang kembali ke sumbernya walau sesungguhnya target ditujukan  kepada orang lain namun akan berbalik kepada dirinya sendiri) ... ada baiknya walau risky & riskan sharing pemberdayaan berperan yang benar, bajik dan bijak demi kecerahan dan pencerahan bagi yang memang memiliki relatif 'lebih sedikit debu di mata' batin kesadarannya demi transformasi kemanusiaan, keIlahiahan, keBuddhaan dst (?!) sebagaimana yang seharusnya dilakukan ... sebagaimana kerinduan kembali dalam kesejatian dengan mementingkan kebenaran secara sadar dengan wajar dan tetap cakap, dan bukan semakin naif, liar dan semu dalam kejatuhan pembenaran kepentingan diri semata secara buruk, kasar dan licik.  
SADHGURU YASUDEV QUOTES SD 10102020 doc pdf   
Pure-Dhamma-10October2020 link
New link video Meditasi Buddhist

24102020
Well, segera akan kita mulai kelanjutannya nanti ..... (masih ribet eksternal /macet internal , bro/sis ). Sementara draft ...(belum jadi/ pasti )
Okay ... jika tidak segera memulai biasanya akan senantiasa menunda lagi. PC sudah relatif bisa diajak kerja lagi berbagi karya (lembur Ghost lagi 3 devices /PC keluarga, NB pribadi, Laptop anak/ paska kena virus application dan caruk data besar di partisi sistem C terpaksa cari HDD eksternal baru karena yang lama sudah penuh dan rusak ... well, salah sendiri jumawa kePe-De-an tidak waspada tanpa pasang software anti virus sama sekali. Harga yang harus dibayar karena kecerobohan atau kemalangan lokadhamma yang harus diterima ?... ah, sudahlah). Plus ruwatan baru yang cerdas untuk kinerja taktis yang lebih cepat dengan sumber daya yang terbatas.  
ada yang harus dikerjakan saat ini namun sementara upload data archives blog ini dulu, 
BLOG 10102020 sampai 29-10-2020
Coba upload videonya juga ... (belum selesai ... sudah adzan isya , shalat & yasinan lingkungan dulu).
Akhirnya ... 
Tuntaskan mailing ke Archive Org &  komentar ke ELA dulu
wah sudah dini hari jaga kondisi dulu 
Lanjut ? Tampaknya masih ada yang kurang .... referensi pelengkap Abhidhammattha Sangaha Anuruda & metoda realisasi Visuddhi Magga Buddhagosa (dulu sudah walau belum lengkap ... juga Link Vlog & Blog ?)
LINK DOWNLOAD DULU

 

BUDDHISM (TIPITAKA)

 

 

 

 

TIPITAKA PALI OKE.rar

385,053,399

Documents : Buddhism

https://archive.org/download/tipitaka-pali-oke/TIPITAKA%20PALI%20OKE.rar

 

TIPITAKA ENG oke.rar

636,965,209

Documents : Buddhism

https://archive.org/download/tipitaka-eng-oke/TIPITAKA%20ENG%20oke.rar

 

TIPITAKA  INA OKE.rar

240,655,085

Documents : Buddhism

https://archive.org/download/tipitaka-ina-oke/TIPITAKA%20%20INA%20OKE.rar

 

BUDDHISM (SPECIAL)

 

 

 

 

DHAMMAPADA OKE.rar

88,418,392

Documents : Buddhism

https://archive.org/download/dhammapadaoke/DHAMMAPADA%20OKE.rar

 

3 ABHIDHAMMA.rar

389,592,715

Documents : Buddhism

https://archive.org/download/3abhidhamma/3%20ABHIDHAMMA.rar

 

VISUDDHI MAGGA.rar

180,957,850

Documents : Buddhism

https://archive.org/download/visuddhimagga_202004/VISUDDHI%20MAGGA.rar

Link Referensi, Download & Browsing Blog + Vlog for Data & Video lanjut ? Via Archive.Org lagi ... masih sungkan (belum bisa donasi? ribet proses ) ... Tampaknya, posting ini akan menjadi sangat panjang, berat & lama bagi kami disamping mutlak diperlukan ekstra terjaga bukan hanya kebodohan internal & pembodohan eksternal diri sendiri namun  untuk mampu menjaga lainnya juga agar tetap saling berjaga agar tidak sensitif , reaktif bahkan negatif / agresif ? .... bukan hanya 'bener' tetapi harus 'pener'. (kebajikan tanpa kebijakan sebagaimana sebaliknya bisa jadi bumerang bagi diri & semua ).  
 Akhirnya setelah semingguan (14/11-2020) kami temui juga prakata awal untuk masuk ...
Tantangan terbuka Dalai Lama ? dan ini
 
Kritik internal mendiang Bhante Punnaji ? 
juga dari Bhante Pannavaro ?
 
Buddhisme kembali menjadi pilihan untuk sasaran tembak ... bukan karena di Indonesia populasinya minoritas dan ajarannya toleran sehingga kami dengan bodoh (picik/licik) merasa ada hak (walau tidak haq?) untuk melakukannya namun karena kelayakan jangkauan kualitas Dhamma-nya yang juga secara jujur diakui banyak tokoh dunia. Semoga kami tidak terlalu bodoh sebagai Non-Buddhist untuk mengkritisinya secara eksternal (mencela yang mungkin pantas dicela saja adalah suatu kesalahan ... apalagi untuk yang sesungguhnya memang tidak pantas dicela). Menjaga dampak karmik tidak sekedar effek kosmik .... ingin show cari sensasi / fantasi demi autorisasi identifikatif semu kebanggaan pengakuan (irrasionalisasi peninggian ego diri dengan merendahkan lainnya) bahkan eksploitasi manipulatif liar pembenaran kepentingan (rasionalisasi perendahan ide lainnya untuk meninggikan pandangan sendiri) ?  NO WAY ! walau kami bukan Buddhist namun sebagai seeker kami cukup faham bagaimana permainan impersonal yang tidak sekedar eksistensial, namun juga universal dan transendental kehidupan ini sesungguhnya terjadi sebagaimana kesadaran Saddha para Neyya untuk tidak ceroboh melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal baik tersurat ke permukaan atau tersirat di kedalaman ... disadari atau tidak bukan hanya rhetorika idea namun juga niatan cara plus konsekuensi dampak lanjutnya .
Well, susah juga logika akal mencari-cari celah  mencela  jika etika hati justru membela (issa asura vs metta ariya ?) ... jika tidak tanggap /salah tangkap malah bisa menyesatkan tidak mencerahkan.Saling terjebak dan menyekap dalam keterpedayaan jatuh ke lokantarika bukan saling memberdaya menuju lokuttara (walau lokantarika eksistensial & brahmanda universal + lokuttara transendental? pada hakekatnya desain dinamis permainan keabadian dagelan nama rupa pada mandala yang sama ). 
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb)  
Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran). Pengkhianatan terbesar truth seeker adalah pendustaan (> pendiaman?) pada hikmah pengetahuan realitas kebenaran sebagaimana true seeker (bahkan malah) memperdayakan (> keterpedayaan?) atas penempuhan realisasi transendental kemurnian. Kemunafikan dalam realisasi kesejatian walau demi harmonisasi keberadaan (apalagi jika sekedar memanipulasi atau bahkan memprovokasi, mengintimidasi bahkan mengeksekusi mempersekusi ?) sepertinya bukan hanya menghalangi dan menghambat namun juga menyimpangkan arah bahkan menjebak dan menyekap bukan hanya ke permukaan namun juga di kedalaman. Coba kami revisi cara pendekatan & idea penyampaiannya .... directly & simply.  (susah juga sebagai puthujjana padaparama yang sudah semakin melapuk renta di usia senja /intelgensia menurun, akomodasi mata melemah & kondisi fisik drop karena life style pecandu yang tidak sehat (asam lambung?) ... well, tinggal menyambut 3 utusan abadi kehidupan datang menjemput (tua, sakit & maut) bagi sumbu, minyak /+ hembusan angin ?/  lentera figur eksistensial peranan kehidupan saat ini berakhir dan berlanjut dengan konsekuensi kammasakata /+ intervensi manipulatif dimensi kamavacara ?/ untuk episode dagelan nama rupa baru .... sementara 'kompor emosi' belum stabil dan 'wadah batin' masih belum resik untuk menjangkau paradigma yang walau secara intuisi sederhana namun susah untuk diungkapkan sebagai pengetahuan apalagi dilaksanakan dalam penempuhan dan terniscayakan dalam penembusan ). Begitu banyak beban  kebodohan, kesalahan bahkan keburukan yang harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini ... tidak peduli apapun anggapan, pandangan dan harapan keinginan kita. Yang seharusnya terjadi memang seharusnya terjadi. Que sera sera, Pantha Rei.   
Celaan & Belaan Eksternal Tiratana ke Buddhisme 
(vs mitos 'agama' Budhi (Siwa Buddha) Sabdo Palon ?) 
1. Buddha : 
Buddha dipuja karena beliau ingin dipertuhankan dan mengharuskan umatnya untuk mempertuhankan sesuai nafsu keinginan pribadiNya ?
2. Dhamma :  
Buddha mampu terjaga melampaui samsara immanen eksistensial sehingga merasa  berhak memanipulasi Dhamma Transenden Universal ?
3. Sangha : 
Buddha ingin menyebarkan dogma / menegakkan agama (diniah / daulah ?) demi kebanggaan/ kepentingan golongannya saja tidak membabar/memandu etika kosmik Dhamma demi realisasi keterjagaan, sinergi keberdayaan dan harmoni kebahagiaan segalanya ?
Saya berharap jawaban "tidak" diberikan .... Jika "ya" bersiaplah untuk jatuh kembali ? (atau perlu dijatuhkan dulu untuk segera faham/sadar ?) 
hipotesis siklus kejatuhan = /Sad/Dhamma > Mistik > Agama> pseudo dhamma> addhamma?.. 
plus referensi dan manuver strategi taktis penyesatan/ ketersesatan yang bukan hanya membodohi diri sendiri namun juga lainnya dengan logical fallacy hingga ethical fallacy (pembodohan tidak hanya berdampak penalaran dalam kehidupan ini namun hingga kesadaran lanjut ).  
hipotesis siklus kejatuhan = /Sad/Dhamma > Mistik > Agama> pseudo dhamma> addhamma?.. 
plus referensi dan manuver strategi taktis penyesatan/ ketersesatan yang bukan hanya membodohi diri sendiri namun juga lainnya dengan logical fallacy hingga ethical fallacy (pembodohan tidak hanya berdampak penalaran dalam kehidupan ini namun hingga kesadaran lanjut ).  
 QS 5 : 51 : rahmatan lil alamin (ila muslimin ?)  ila = /hanya?/ kepada (standar ganda pembenaran kepentingan pseudo dhamma)
// QS 8 : 12 : rahmatan lil alamin (illa muslimin ?)…. ?!! illa = kecuali (menghalalkan pelaziman kezaliman addhamma)
Kebenaran harus ditegakkan dengan cara kebenaran juga x kepalsuan
Kebajikan harus ditegakkan dengan cara kebajikan juga x kebejatan
Kebijakan harus ditegakkan dengan cara kebijakan juga x kekejaman  
Niat bisa dirasionalisasi dalilnya/ diirasionalisasi dalihnya . tindakan aktual itulah amal yang nyata  
(perlu : link empati kosmik Swara Non Muslim? jika kita adalah mereka dan mereka adalah kita )
gaya FPI atau FFI ?  
(supaya jelas : Front Pembela Islam diumbar vs Faith Freedom Indonesia  dicekal ? ... beda faham ? ) 
atau ala HRS vs NM ?
(ini juga : 'Habib?' Rizieq Shihab vs 'Lonte?' Nikita Mirzani ... beda kasta ? )

Semoga tidak perlu terprovokasi dalam kejatuhan untuk reaktif kesal kepada yang mengesalkan sehingga timbul arus noda kebencian yang bukan hanya / tidak selalu eksternal dunia namun internal asava (karuna keprihatinan bagi dampak kosmik kammavipaka bukan hanya dari yang bersangkutan namun plus lainnya termasuk yang mengikuti demi kesombongan pengakuannya dan memuliakan untuk memanfaatkan kebodohannya?  x byapada antipati atas prilaku buruk untuk membenci  ) dan juga tidak terlalu melekat sehingga merasa benar jika anggapan 'pandangan kebenaran (Dhamma untuk ditempuh secara nyata  tidak kontraproduktif untuk dibanggakan sebagai berhala simbol identifikasi diri  dan media untuk mengeksploitasi dan melazimkan kezaliman atas lainnya.... nekhama  x upadana).Berhati-hatilah senjata beracun kebencian (virus batin dengan dampak karmik yang lebih mematikan ketimbang virus corona )... karena jika timbul kebencian untuk sesuatu yang walau layak dibenci, kita sesungguhnya telah tertular.... yang menabur memang akan menuai namun yang memakan juga akan keracunan nantinya.
 
Dua video perlu diberikan untuk bukan hanya sekedar menjaga  kebaikan sila berpribadi & berprilaku bagi diri sendiri namun juga  demi metta kasih sayang kepada lainnya.
juga toleransi menghargai pelangi perbedaan
Tiada standar ganda (bagi kebodohan internal & pembodohan eksternal) untuk diidentifikasi & dieksploitasi dalam Saddhamma /transenden impersonal x kultus personal ; realisasi aktual > manipulasi sakral)
semua sama peran sebagai manusia (karma = taqwa)
Samsara ? (wah ... agak berat ? dunia dan akherat gitu aja )
Wah ... sial ke luar jalur, nih ... Padahal bukan ini inti rencananya yang ditayangkan. (sati sampajjana blong ... kompor emosi nyala terus ... nular lebih heboh ? )

Simak tabel berikut .... mungkin ada yang perlu difahami bagi semuanya .. tidak hanya manusia, namun semuanya termasuk para asura, petta, dewata, brahma , para "tuhan" / "buddha" yang dilabelkan & dilevelkan di balik ini (?) tentang permainan keabadian yang sedang digelar dari keazalian hingga keabadian ... sehingga mengapa sesungguhnya tidak perlu ada kesombongan, kebencian bahkan pelekatan yang berlebihan dilakukan dalam dagelan bersama ini bukan hanya demi kita di dunia ini namun juga mereka yang di sana. Kami tidak ingin mengacaukan permainan samsarik keabadian ini (Toh ... wawasan pengetahuan/keberadaan awal sesungguhnya tidaklah cukup memadai walau tidak percuma tanpa tataran kelayakan/ pemulian sejati yang memang telah dicapai ) . Esoteris tersembunyi ? mungkin karena memang perlu bijak ditunda hingga kelayakan si penerima, disembunyikan karena kepicikan untuk tidak ingin berbagi atau dirahasiakan mungkin karena ada muslihat kelicikan di dalamnya. ( Wah ... lebih provokatif daripada Bapak HRS atau Mbak Nikita Mirzani, ya ?.... Sudah uzur, bro/sis. Malu ... tahu diri. Tiada maksud mempertinggi rating ... (sensasi semunya kesenangan & fantasi naifnya kebanggaan apalagi mengumbar ujaran kebencian dan permusuhan).  Namun ... Semoga setelah ini bukan hanya mereka berdua namun kita semua bisa kembali bersama sebagai saudara bukan hanya karena seagama / sebangsa saja namun karena kita semuanya adalah sesama pengembara viator mundi Ghoriibun /aabiru sabiliin untuk saling memberdayakan dan tidak memperdayakan. Tanpa Standar ganda demi kebaikan semuanya (dalam arti/lingkup yang luas ... seandainya saja semua mengerti effek kosmik dan dampak karmik pada saat ini dan nanti .... Jangan menyusahkan bukan hanya diri sendiri namun juga mereka yang di sana karena menyusahkan yang di sini. Semoga cukup tanggap.).
Postulasi Hipothesis kesemestaan : inferensi hipotetis ?


 

Dimensi

Tanazul Genesis KeIlahian 

Taraqi  Eksodus Pemurnian 

 Simultan progress Triade

Transendental

ESENSI MURNI

? ! .

Transendental

 ajatam

abhutam

Panna

(theravada?)

Universal

akatam

asankhatam

Eksistensial

Asekha ?

Nibbana

Universal

ENERGI ILAHI nama brahma

Transendental

Anagami

suddhavasa

Samadhi

(vajrayana ?)

Universal

Anenja

arupavacara

Eksistensial

Vehapala >Abhasara

rupavacara

Eksistensial

MATERI ALAMI rupa kamavacara

Transendental

Mara/Kal, ...

triloka

Sila 

(mahayana?)

Universal

Yama , Saka, ...

svargaloka

Eksistensial

asura? < Bhumadeva

apayaloka



Wah.. sudah adzan ashar .... rehat shalat dulu. Dilanjut nanti malam (kalau nggak ada 'atur'an/undangan lingkungan mendadak .... besuk arisan keluarga.)
Okay, Ba'da sholat jamaah maghrib kita lanjutkan lagi ....
Realitas Transendental : 
Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen)  
Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar  
Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis) dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan (impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
Tao adalah Tao - jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao (tan kinoyo ngopo)
Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda :  O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan ajatam, tidak menjelma abhutam, tidak tercipta akatam, Yang Mutlak asankhatam Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. 
Buddhisme umumnya menamai itu semua sebagai Nibbana (Unio Mystica Kemurnian/KeIlahian ? ). Tanpa niatan mengacau, jika kami memandang ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya "keilahian' yang diistilahkan sebagai ‘yang Mutlak” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang Mutlak’ tersebut. Seperti di tabel. /Wah .. tadi siang sudah terlintas di fikiran paradigma inferensi hipotesis transendensi asekha? etc ... lupa lagi karena teralihkan konsentrasi dan energi ke masalah 'kompor' di atas. (rugi, deh ) Tak perlu menyalahkan apapun atau siapapun juga ... rehat dulu semoga nanti ingat. /
Kompleks juga masalah ini ... Maaf, Neyya Buddhist & Dalai Lama jika kami harus jujur kepada kalian. Memang sudah benar dan tepat tanpa revisi ajaran Buddhisme yang ada ... namun sayangnya kurang global / lengkap bagi semua. Ini ruwet, bro ....  Lintas Agama/ Mistik/Dharma, etc untuk memadukan puzzle mozaik kinerja desain sistem mandala ke-Esa-an ini. Bagaimana dan darimana kami mulai, ya ?
Saya seorang positivist ... tidak suka mitos (satrio piningit, agama buddhi sabdo palon, etc) walau membenarkan mutlak diperlukan akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran. Ini bukanlah sekedar hanya karena keinginan romantis tusita untuk 'berbahagia' bebas dari penderitaan (asekha untuk nibbana) ataupun advaita peleburan keilahian universal (akatam asankhatam) universal  namun terutama kerinduan abadi realistis  akan kesejatian azali (ajatam abhutan).Lihat triade-nya paralel berimbang meningkat ke atas, ke bawahnya ..., ya ?
Seandainya saja Samma SamBuddha berasal dari Mara / Shiva mungkin akan lebih sempurna ketimbang dari Tusita/ Vishnu. Shiva & Vishnu sebagaimana Brahma adalah Mahadeva Triloka Kamavacara dalam versi Purana Hinduisme. Shiva Nataraja adalah pasuphati /pecinta kehidupan/ yang realistis mengasihi segalanya bukan hanya yang baik (dewata) namun juga menerima yang kurang baik? (asura). Agak berbeda dengan Vishnu yang lebih romantis lebih mencintai kebajikan saja dan cenderung tidak menyukai (walau berusaha menerima tetapi tidak membenci) keburukan. Kisah avatara Vishnu x Shivan versi Hindu. Keberimbangan Shiva diperlukan  mengungguli Brahma, Vishnu untuk menjangkau kasunyatan yang lebih sempurna.  ETC, ETC. ETC. dengan inferensi hipotetis terjadilah triade pergeseran paradigma : vishnu - brahma - shiva; abhasara - vehapala, nibbana - asankhata - ajatan/abhutam 
Kalau ... okelah mengalah ... anggap saja yang dimitoskan itu ada. Agama Buddhi sesungguhnya bukanlah label agama namun sistem etika kosmik yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan .... maaf bukan hanya agama lama Buddha atau Hindu. Namun Dharma yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan (termasuk Islam, Kristen, Kepercayaan ... termasuk atheisme ?) . Realitas menampung fenomena apapun maka realistis juga jika tidak perlu kesombongan, kebencian dan kelekatan , dan lebih realistis lagi jika kesetaraan, welas asih dan nekhama dilakukan kemudian semakin (paling) realistis jika dilakukan dengan kemurnian tanpa keakuan, dalam keesaan dengan kewajaran karena memang demikianlah kesedemikian itu tergelar untuk diselaraskan
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya)...  Tunggu Sabdo Palon, Buddha Mara-Shiva .... kelamaan, bro/sis ? Diterima, dijalani saja apa yang ada. Terus mengembara di mandala ke-esa-an ini sebagaimana lainnya.
Fenomena Universal : 
Kaidah Kosmik:  
Skenario Samsarik : Taraqqi (transendensi pencerahan kemurnian)
Problematika Eksistensial : 
Sketsa Paradigma -  Parama Dhamma :  
Ethika pacceka (di segala level/label)

MONOLOG  
 
Celaan & Belaan Eksternal Ti-"yana" (3 aliran)  ?
1. Mahayana : mengandalkan moralitas sila saja ? 
2. Vajrayana :  mengandalkan  kultivasi samadhi saja ?  
3. Theravada :  mengandalkan panna kebijaksanaan saja ?  
Sita hasitupada & Ariya Magga 1,2,3 Bhante Punnaji
Formulasi taktis pemberdayaan
Realisasi Transendental :  
Spiritual + Metafisik
Subsistensi Eksistemsial :
ekonomi /kuadran kiyosaki (profesi s/d ekspansi)/ + santuti
Harmonisasi Universal :
Eksistensial + Universal
 EPILOG 
Celaan & Belaan Eksternal Tilakhana (3 corak)
1. anicca  : kebahagiaan agama surgawi 
2. dukkha : keberdayaan mistik brahma
3. anatta : keterjagaan dhamma asekha 
vs asava samyojana  : alobha - adosa - amoha 
 Konsistensi peniscayaan
Kelanjutan transendental :   
Swadika , Talenta , Visekha 
Keberadaan eksistensial :
persona, regista, persada
Keterarahan universal :
empati, harmoni, sinergi
Well, by the way ... directly speaking.
Pandangan yang luas (Dalai Lama)
Pengertian yang bijak (Bhante Punnaji)
Pensikapan yang tepat ( Bhante Pannavarro) 
Finally ,Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : 
Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran  
Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.
Simultan Triade 
ETC

BLOG 10102020/LINK DATA/link komik

BLOG 10102020/LINK DATA/link komik/aradmaya3-berlibur-ke-planet-tenang.pdf

BLOG 10102020/LINK DATA/link komik/aradmaya3-berlibur-ke-planet-tenang final.pdf

BLOG 10102020/LINK DATA/link komik/trigan03-balas-dendam.pdf

BLOG 10102020/LINK DATA/link komik/trigan03-balas-dendam final.pdf


NOVEL ?

SEEKER DIARY 
1 suro
Paradigma Panentheistic tampaknya memang agak susah ditangkap ... ada yang aneh arus ideanya . Kesedemikianan yang menuju perluasan holistik advaita mandala bukan pembebasan dualitas samsara nibbana. (reversed inference intuitif > intelek ?)
RUWET 
logika hati perlu keharuan yang lebih rumit dibandingkan kejelian logika akal 
How to be a seeker
Sacca (kejujuran ? ketulusan? Kepolosan ? kemurnian ? kesejatian ?)
Esensi sejati diri kita di kedalaman sesungguhnya memang murni … tersentuh akan keharuan  
Sincerity authentic
Ini bukan manuver strategis … mencitra secara personal namun memang natural impersonal dalam kesedemikianannya  (meditatif )
Lihatlah segala sesuatu dalam kemurnian sejatinya bukan sekedar dari citra yang ditampakkannya (tanpa prasangka semu , naif & liar apapun juga)…. Tidak ada yang salah dari yang ada jika kita senantiasa menyadari esensi yang ada tersebut.
Perlu impresi yang reseptif akan itu semua di kedalaman bukan di permukaan …. Jangan langsung kesal reaktif kompulsif karena ekspresi penolakan negatif eksternal tidak juga segera melekat karena impresi respon pelekatan internal  
2 suro  
benar .. seperti kata herman hesse dalam Siddharta ... bukan obsesi pembebasan tetapi ekstensi perluasan (idea harus holistik lagi ?) ... tidak sekedar analisa logika rasio akal sehat tapi synthesis ethika batin hati yang murni (mengesa dalam totalitas keseluruhan tidak lagi beridea dalam konsep pengamatan ... semakin dalam semakin luas ... semakin sulit & rumit ... menerima tanpa pembedaan karena demikianlah sesungguhnya )
prinsip keesaan = memandang kesedemikianan dalam keseluruhan 

No comments:

Post a Comment