Saturday, March 26, 2022

AGENDA LANJUT


Agenda 
mau terus ? Siap data idea rekap 
Mau puasa ? Siap data idea Islami 
Mau dinas ? siap data idea english

IDEA MISSED ?
Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya. 
Well jangan salah sangka … kami tidak sedang memaparkan tentang  pelekatan /pelepasan tetapi alternatif kepekaan perluasan kebijaksanaan 
Kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan, plus kesucian, keutuhan …. What’s next ?
jika benar ? membawa ketepatan penempuhan & mencapai kepastian pencerahan (pencerahan spiritual impersonal transenden & kedewasaan psikologis pemeranan personal imanen dalam  kebijakan & kebajikan .. kiriya ariya, zenka swadika ?)
jika salah ? Ya, revisi lagi ( gitu aja koq repot )
…. aktualitas impersonal Ekstensi universal berimbang berkelanjutan tanpa perlu teralienasi obsesi transendental apalagi terdefisiensi ambisi eksistensial.
ETC ETC ETC 

JUST ORDINARY PEOPLE
tatu - Didi Kempot : opo aku salah yen aku cerito opo anane
apa saya salah jika saya harus menceritakan apa adanya
Gnosis Kosmik Impersonal Reality Panentheistics bagi Zenka Pembumi bukan/ TIDAK HANYA  Ariya Samana ?
ini harus hati-hati karena bukan hanya akan menyinggung diri sendiri (peran eksistensial penganut agama 'langit'?) namun juga lainnya (maaf, Einstein & Dalai Lama juga sadhguru yasudev + Osho? ... termasuk mystic kosmik &Buddhisme)
FOR PUBLIC SEEKERS
Gnosis Kosmik Impersonal Reality Panentheistics bagi Zenka Pembumi JUGA Ariya Samana ?

PARADIGMA HYPOTHESIS 
Kaidah Impersonal Reality 
Be Realistics to Realize the Real 
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pasti bahkan mungkin bisa ada perlu selalu dilakukan dengan tanpa perlu merendahkan adanya karunia keberuntungan akan kepercayaan dan pengharapan untuk segala kemungkinan yang bisa saja ada terjadi.

SPOILER KONSIDERAN :
trigger drakor not only musics, seeker ?
People only see what they want to, but a photo records every single thing. it saw in the same time and place. 
mata orang hanya melihat apa yang ingin dilihatnya. Tapi foto bisa merekam keseluruhan dari suatu tempat di waktu yang sama 
memahami prinsip keesaan = memandang kesedemikianan dalam keseluruhan 
kedewasaan pencerahan untuk menerima kenyataan, mengasihi kesedemikianan & melampaui  keseluruhan. 
Konsep :
1. Be Realistics : kefahaman perspektif kesedemikianan yang menyeluruh 
2. To Realize : kesadaran integritas untuk tulus menuju pemurnian kesejatian 
3. of Real : kelayakan pencapaian yang sesuai 
bukan candu memabukan untuk perubahan bukan racun mematikan bagi keberadaan namun spirit bagi kedewasaan pencerahan 
mulai dari diri di sini saat ini dengan paradigma cara pandang bijak tidak sekedar idea pandang  
impersonal reality 
memperluas tanpa melepas menempuh tiada menjauh 
Well, harusnya sudah cukup selesai logika akal mengikuti kata hati .... Repot juga menuntaskan frame work posting ini jika arus batin selalu spontan menyusahkan diri (agar posting tetap logically terstruktur sesuai triade paradigma semula). Apa kerangka berfikir harus disesuaikan lagi ? Mbuh ... lah, hehehe.  

Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaa
1. Thesis : Data Lama (Pengantar ) - Ketepatan dalam berpandangan
Parama Dharma : tentang Pandangan ( akal sehat - hati nurani - jiwa suci : ketepatan holistik or kebenaran empirik or kenyataan realitas)
Mandala Advaita : tentang KeIlahian ( theologi - theosofi - theodice ? The Impersonal Absolute Transendence & Its Personal Immanent Guardians ?) 
Formula Swadika : tentang Pemberdayaan (keabadian : refleksi - distansi- meditasi , pembumian kehidupan , kesiagaan kematian)
Formula Swadika : tentang Peniscayaan 
Peniscayaan realistik dari keberdayaan autentik, kemungkinan holistik  untuk terealisasinya faktor tidak sekedar (walaupun tidak menafikan memang memungkinkan adanya anomali penyimpangan kaidah kosmik karena intervensi internal & eksternal transaksional)  pengharapan ataupun penganggapan semata ?
2. Anti-Thesis : Just For Seeker 1 - Kejelasan untuk tindakan
Kesadaran : 
Keariyaan : 
Pembumian : kecakapan - kemapanan - kewajaran 
3. Synthesis : Just For Seeker 2 - kebijakan terhadap pelayakan
Menghadapi Keabadian (swadika - talenta - visekha :
Menghadapi Kehidupan (kecakapan - kemapanan - kewajaran :
Menghadapi Kematian (racut - bardo - rebirth :
Penutup : Be true - humble - responsible /vs sacred monistics  (xschaden freude, etc ? : irasionalitas ellis, pembenaran standar ganda, etc) 

ESKATOLOGI
Sesuai dengan level MLD (moha – lobha – dosa ) pada ditthi – tanha – mana
lokiya dhamma agama or addhamma ? Walau secara tersurat dijanjikan jannah surga di saat akherat namun secara tersirat dipastikan barzah petta hingga kiamat.
Persepsi doktrin moha  
Lokiya Dhamma ini adalah diniah dhamma dengan
Evolusi pribadi Lobha Tanha pengharapan terlalu tinggi Kualitas Evolusi pribadi tidak memadai untuk pelayakan kuantitas/kualitas amaliah kebajikan level surgawi
Harmoni dimensi Dosa
Harmoni dimensi meragukan untuk kedamaian alam surgawi  Manna kesombongan terlalu heboh
 Mengapa ? Persepsi doktrin moha , Evolusi pribadi Lobha, Harmoni dimensi Dosa
Tetapi bisa … ?
Mahakammavibhanga vipaka batiniah sebelum kematian kehidupan sebelum periode ndagel saat ini berbuah, kesadaran penyambung, bantuan personal gods? (‘rahmat’ keberuntungan diri walau jika saja kecenderungan masih dihuni kemalangan harmoni dimensi alam yang kemudian dihuni.
Adil bagi hukum karma walau tidak  
Sesuai dengan level MLD (moha – lobha – dosa ) pada ditthi – tanha – mana
Pralaya ? masih memungkinkan surga samawi ? untuk theodice masih memungkinkan surga samawi paska apaya petta walau diragukan karena bisa jadi terjadi pergeseran kehidupan di lokadatu lainnya atau proses dematerialisasi / rematerialisasi / enmaterialisasi kosmik (via black hole) kehancuran & pemberadaan kembali di dimensi fisik.
Meditasi untuk menyelami kedalamanan mikrokosmik diri (byproduct effect akan paralel dengan memahami keluasan makrokosmik luar)Bonus kedamaian / kesegaran hingga kesaktian (iddhipada parihariya) , level keilahian (laten deitas), kemurnian hinggaKebajikan dengan kebijakan (burung pipit)
Awas cetana
Kesadaran impersonal (panna internal)  > kepolosan personal (etika spiritual) > kebodohan personal (citra religius)  
Kebenaran non keutamaan :
Sacca kiriya menukar karma kebaikan untuk tujuan tertentu (impersonality amaliah)
vs anggulimala ? (kebijaksanaan ‘penyimpangan’
Bantuan as personal gods (penyimpangan intervensi kosmik/karmik)
see purana (asura atas shiva + vishnu) vs ratana sutta (untuk tidak dizalimi, untuk mengasihi ?)
Prank (menguji kualitas (mencobai/ ngerjain > menjahili lainnya menzalimi diri sendiri
Awas dakhina
Kewajaran x pembodohan
Pahala < kesungkanan
Parami memberi kadrun parasit/ pemangsa (khr)
Menyekap & (menyengsarakan diri sendiri & semakin menjerumuskan lainnya)
Walau bisa namun jangan  
Awas upekkha sakmadyo  nekhamma
Awas keterarahan orientasi penempuhan kepekaan perkembangan
Jika sacca kejujuran dilakukan memang daya tanggap meningkat. namun jika tidak dibarengi kearifan pemakluman eksternal keberimbangan umumnya sering kesal (memberi dana ,  menjaga sila  )
Panentheisme
Mengidentifikasikan diri dengan kemuliaan pembandingan tidak lagi setara dalam apapun di keseluruhan (sebagai Buddha, Tuhan, Nabi, dsb)  adalah kebodohan & mengidentifikasikan lainnya deifikasi adalah pembodohan (sebagai bemper bergantung, menjatuhkan dengan moha kesombongan, menyusahkan dengan lobha permohonan, memperalat dengan bermuhabala)

Sebagai penutup, penjelas, penyeimbang, etc ....
Memahami kesedemikianan = Realitas Kesunyataan & Fenomena KeberadaanPrediksi hipotetis figure ideal evolusi spiritual homo novus 10

TRANSENDENT OF IMMANENT & IMMANENT ON TRANSENDENT 
Tuhan adalah Sentra terdalam segala mikrokosmos yang membentang sebagai causa prima keberadaan makrokosmos. (dalam triade : wujud - kuasa - kasihNya)
tentang keIlahian ? tidak mencari , menjadi & mencipta Tuhan ?
mencari (personal immanen < impersonal transenden) = All in God , Nobody is perfect but God
menjadi (kebodohan identifikatif ) = Brahma Baka yang akan terjatuh ? Devata hingga asura yang terdelusi? bahkan atta (diri) yang terpedaya?
mencipta (pembodohan eksploitatif) =  Brahma Baka yang akan terjatuh ? Devata hingga asura yang terdelusi? bahkan atta (diri) yang terpedaya?
tentang keIlahian ? tanpa theologi, theodice & theosofi ?
IMPERSONAL REALITY 
Susah edit . Just info. Rasan-rasan (Internal Self Talk)
SPOILER KONSIDERAN :
Impersonal reality ... episode samsarik ... siklus ajaran ... tanazul taraqi ... emanasi kreasi ... etika dogma ... impersonal transenden personal immanen ... absolute guardian laten deitas  ...Mental kadrun prinsip ariya ... barzah jannah ... konsep mld .. membentang hingga keluasan eksternal menjangkau kedalaman internal... memastikan kebenaran menyeluruh meyakinkan tendensi pembenaran kepentingan...Melepas melekat ... inferensi berkebalikan ... uncommon wisdom ...Jfs prakata yasudev prolog tentang pandangan monolog thesis orientasi kesedemikianan antithesis pemberdayaan thesis terniscayakan epilog tentang kenyataan epilog wasalam

PERSONAL GODS the Guardian ... Elite Global KOsmik ? 
Sant Mat : 5 guardians ( Alakh Niranjan /astral - Om Kal/ kausal - 
Level KeIlahian : Brahma Wihdat - Dewa Triloka 3 Hikmat - Dewa Kamavacara 3 Nikmat + Yakha Asura apaya - Dunia Empiris (atta diri ?)
Impersonal reality ... episode samsarik ... siklus ajaran ... tanazul taraqi ... emanasi kreasi ... etika dogma ... impersonal transenden personal immanen ... absolute guardian laten deitas Mental kadrun prinsip ariya ... barzah jannah ... konsep mld .. membentang hingga keluasan eksternal menjangkau kedalaman internal... memastikan kebenaran menyeluruh meyakinkan tendensi pembenaran kepentingan Melepas melekat ... inferensi berkebalikan ... uncommon wisdom ... Jfs prakata yasudev prolog tentang pandangan monolog thesis orientasi kesedemikianan antithesis pemberdayaan thesis terniscayakan epilog tentang kenyataan epilog wasalam

EWUH 
Use : Googlre Translate (English - Indonesia) https://translate.google.com/

Transkrip  Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )
AWAKEN SAMADHI TRAILER
(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8

If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi.
"Jika Anda memegang perasaan 'aku'  ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana Maharshi
Samadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.
Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. 
When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.
Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.
In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of  essence of one's being.
Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.
The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.
Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.
This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.
Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diri
Samadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..
Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.
The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.
Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."
Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi
(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)
How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.
Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk Berhenti
Stop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.
Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan Ketahui
No one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.
Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.
Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.
Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.
Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.
Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.
It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.
Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.
Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.
Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.

Terakhir, 
Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah  transformasi  mengarahkan diri  dengan kesadaran Saddhama dalam  kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar. Atau akankah alam menseleksi kembali spesies baru yang berkualitas lebih sesuai sebagai pengganti untuk memikul tanggung jawab ini  (bukan hanya kuat & ahli bagi ketepatannya namun juga arif & baik untuk perbaikannya ) ?
Be selfless as it really be  (to be one in One of  ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal  bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya namun karena batiniah zenka penghuninya. 


Kita adalah media impersonal dengan berbagai peran eksistensial dalam arena universal di segala wilayah immanen Hyang Transenden. 
sadari & jalani permainan peran / amanah tugas ini dengan selaras pada kaidah keniscayaan kebenaran saddhamaNya 
dengan senantiasa terjaga  , menjaga & berjaga 

Be realistics to realize the Real 
Be True, Humble & Responsible  as one (existensial figure) in One (Universal immanent ) of  ONE  (Esensial Transendent )
Just as it is 

Selain sesumgguhnya memang tanpa perlu lobha  kemelekatan & dosa kebencian pada apapun/ siapapun juga .. yang perlu dihindari lagi adalah adalah moha kebodohan beraku pembandingan diri mana kesombongan atas kesetaraan segalanya.


EWUH


PROLOG 
Risma sujud, Jokowi marah, kisruh HIP ...
Masa depan dunia ditentukan oleh (bukan hanya keberadaan, ataupun sekedar ketangguhan namun juga topangan keberuntungan) para aktualiser.
Jika sikon pandemi tak berubah segera bukan hanya dunia namun negeri ini bisa jadi collapse bahkan ambruk karena tiada putaran roda ekonomi yang terhambat lajunya karena rentannya herd immunity. Minus masukan pendapatan namun besar beban pengeluaran (BLT/ jaring pengaman darurat bagi kehidupan dan penghidupan rakyat karena PHK, dsb.(termasuk gaji PNS/ASN ).(Sayang kami hanya mampu tanggap berempati ...seandainya saja para aktualiser negeri ini mau sambat dan jujur tidak menutupi fakta ini ... dilemma mempertahankan kehidupan/ kesehatan vs memberdayakan penghidupan/pemberdayaan pada anomali krisis yang tidak hanya galau namun juga kacau saat ini).
Namun demikian nilai diri tidak sekedar apa yang kita terima namun bagaimana cara kita menghadapinya (mengamati, mengalami dan mengatasi) dalam keterbatasan dan pembatasan yang ada. Kebermaknaaan akan kedewasaan dan kewasesaan, keberdayaan dan keperwiraan memang sedang dalam pelayakan kemasakannya ... bukan hanya bagi relawan/petugas medis di garda depan, para negarawan tehnokrat negara namun juga bagi kita semua (para putera/i bangsa warga negeri ini termasuk para pembela/pencela keberadaan ini ... cebongers, kadruners ?).
Sial ... harusnya sudah selesai berakhir posting lalu. Walau para mistisi sering menyatakan kehidupan dunia memang seperti ini dan akan tetap seperti ini, namun berdiam diri tanpa empati, tiada simpati dan tidak perduli bukanlah solusi. Samsara sebagaimana mandala lainnya walau bukanlah sesuatu yang harus dilekati namun juga bukanlah sesuatu yang dibenci. Sikap kita yang hanya berambisi eksistensial, terobsesi transendental, dan tidak universal bukanlah sikap benar, bijak dan tepat.  Maafkan  saya jika saat ini tidak perlu/mampu memfilter diri agar tiada lagi ada dusta / dukkha di antara kita ... semoga arus skenario samsarik tetap bisa mengalir wajar apa adanya.
Well, tanpa perlu “nggege mongso” akan impian akhir zaman posting yang lalu. Karena mungkin (imaginasi gila & ngawur lagi ?) itu baru terjadi pada  fase baru kappa naik Satya Yuga – Treta Yuga (Era Sudhra/Waishya ?) paska Mahapralaya semesta dunia ini untuk kembalinya bersemi kisah kasih biokosmik samsara antara nama abhassara & rupa lokantarika yang baru. Meminjam kalkulasi manvantaraHinduisme, tidak pada saat kappa turun pada masa dvapara menuju kali yuga (Era Brahmana/Ksatriya?) saat ini dimana Dhamma Sasana Buddha ke28 Gautama belum surut (2500 tahun lagi?), masa KeBuddhaaan Bodhisatta Tusita lainnya (Maeteyya) dengan metodologi/paedagogi ajaran yang mungkin relative sama belum tiba (plus : Kalki (avatara ksatria Vishnu ?), Imam Mahdi /agama Mediteranean/ etc perlu digenapi ? Fase Sunna kalpa bagi paccekha Buddha Bhante Devadata paska niraya avicci  dan SammasambuddhaMara Namucci paska penyadaran arahata bhante upagupta pra atau paska mahapralaya, ya ? (EGP, ah … mungkin saja karena akusala kamma dan citta /niyata miccha ditthi?/ paska bardo /pralaya & fase svarga/niraya kami harus ke black hole lokantarika sementara lainnya sudah di white hole lokuttara atau masih menanti di nama abhassara ?). Hehehe… just joke to begin.
Alternatif solusi eksistensial : Protokol Kesehatan Swab ? katalisasi biotech serum/ vaksin covids ? Doa ratana sutta atau Nirodha sammapatti tunda bencana? Holistic health Tao herd immunity ? etc; Lanjutan : sistem daring ? akselerasi ekonomi? kultur aktualiser (karya nyata berguna > heboh kemasan konsep/symbol/figure ) dst. ....
Eskatologi ? awas zenka  ! : vs / as.. if   transit demit / apaya , kembali manusia, surga kamadeva, moksha anenja , anatta nibbana etc

MONOLOG
just click image for video = tinggal klik gambar untuk tayangan video
dalai lama
Why Buddhism ?
Dasar : Kalama Sutta & Brahmajala Sutta & anatta lakkhana sutta : cukup dewasa untuk menjadi dewasa. /kemurnian aktualisasi x kelihaian eksploitasi/
konsistensi autentik keberdayaan atthika kamma-citta impersonal tanpa terpedaya standar ganda> pengharapan kepercayaaan, transaksi pencitraan personal, pemungkinan standar ganda.
Ulasan : Simsapa tipitaka + acinteya udumbara /mahakasapa/
Sayang ...hanya Bhante Mahakasapa Arahata yang memahami universalitas kaidah kosmik Buddhism yang tersirat.
Walau cenderung agak nivritti negative namun cukuplah simsapa tipitaka etc yang tersurat untuk paradigma holistik lanjut.
(Buddhism dhutanga > pabajitta >  upasaka (neyya > padaparama) > umat luar sasana > makhluk lain) 
Pro Buddhism ?  Dalai Lama  show / save
No Buddhism ? Herman Hesse  save
Ina : link sementara :  0a) (show) or  0b)(show)
seperti pandemi corona posting ini walau tampak seperti lawan bersama (namun semoga malahan mengakibatkan adanya kawan bersama walau sementara/ untuk selamanya dalam mementingkan kebenaran semata  atau sekedar pembenaran kepentingan belaka ?).
Just joke ...Pinjam link download file blog anda dulu, bro. Belum reupload, nih.
to the point, ini ajalah...

PARAMA DHAMMA
THERE IS NO TRUTH - BHANTE PUNNAJI
Real > True x Fake ~ just Solution for Problem
Apakah kebenaran ? (bhante pannavarro - posting akhir DhammaSeeker)  1a) (show) or  1b)(save) 
ulasan : Kebenaran bukanlah suatu pembenaran. 
walau seakan mungkin bisa teridentifikasikan namun tidak benar tereksplotasikan. 
Ini 'hanya' postulasi hipothesis paradigma ethika kosmik belaka yang  bukan dogma agama / norma massa baru (semoga tidak menentang yang ada ...mungkin malah memberdayakan minimal tidak memperdayakan apalagi mengacaukan). 2a) or  2b)
ulasan : Kenyataan tidak sekedar pernyataan. 
Anthony de Mello cs Khalil Gibran : no claim untuk terjebak / tersekap
(kegeniusan/ ketaktisan Ariya Buddha Dhamma untuk tidak menjadi belenggu yang membelenggu lainnya & diriNya)
Anthony de Mello : Setan dikhabari seseorang telah menemukan sekeping kebenaran dan dia berkata : tak usah risau akan kubiarkan itu menjadi agama ? (wirajhana eka)  3a) or  3b)
ulasan : Kepastian tidak sebatas keyakinan.
Khalil Gibran : obsesi terbesar manusia adalah menjadi nabi ? (minimal pewarisnya? - pelestari ajaran atau pemanfaat kekuasaan ?)  4a)
Edward S Bono : Just PO (POssible hyPOthesis) for flexible progress : no fact - no truth - no faith (tanpa sakralisasi , tiada indoktrinasi ... hanya aktualisasi untuk realisasi pembuktian. Jika terbukti kembangkan lagi ... jika tidak lihat alternatif lain )
Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya. 
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pasti bahkan mungkin bisa ada perlu selalu dilakukan dengan tanpa perlu merendahkan adanya karunia keberuntungan akan kepercayaan dan pengharapan untuk segala kemungkinan yang bisa saja ada terjadi.

MANDALA ADVAITA
Desain kosmik Tanazul - Taraqi : Sentra & Sigma 
Laten Deitas samsarik : lokuttara hingga lokantarika : no irreversibility... neither white hole nor black hole (just whole hole )
mirroring x analogi : sebagaimana terlelapnya demikian kebalikan terjaganya dimungkinkan (kepekaan murni intuitif insight > keahlian lihai instink intelek)
ketepatan metode truth seeker 'mencari' (mencuri?) hikmah < kenekatan taktis true seeker melayakkan/meniscayakan  keniscayaan ?
Skenario Samsarik :
Siklus episode permainan (seperti siklus polybius politik , paticca samupada keabadian cenderung berputar-putar saja .... bukan hanya dhamma yang memang lokiya, lokuttara saddhamma juga bisa menjadi lokiya dhamma bahkan addhamma sekalipun jika pensikapannya salah ... waspada & tanggap juga setiap zenka bukan hanya bisa terpromosi  namun juga bisa terdegradasi ... ada kebebasan /untuk tercerahkan juga tersesatkan/ namun senantiasa ada peniscayaan untuk itu ....karena ketidak fahaman yang menyekap akan tersekap, karena ketidak-sadaran yang terjebak bisa menjebak ... yang penting bukan bagaimana awalnya kita namun bagaimana akhirnya kita .... saat ini disini dalam peran ini apapun dan siapapun kita itulah yang utama )
Baruch Spinoza vs Friedrich Nietczhe : sinkronisasi alithea Ariya x vitalisme uebermensch asura
Amor Dei Intelectualis Baruch Spinoza: Segalanya berawal dari Kasih Ilahi, melalui itu kita hadir, hidup & kembali (ekspresi kearifan theosofi mystics)
Amor Fati Uebermensh Friedrich Nietczhe : Tuhan (konsep lama) sudah mati. Inilah saat uebermensch (tuhan baru?). (ekspansi keliaran vitalisme eksistensialist). 5a) or  5b)
Strategi Dimensi :
Eskatologi & Eksistensi (31 alam kehidupan + level nirvanik): lazimnya - harusnya - sebaiknya
Dunia : manussa - tirachana - tumbuhan ?
Eteris : Peta - Asura - Yakha Bhumadeva
Astral : surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh Niranjan?
Mental : Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ~ Wisnu, Brahma, Shiva ?: Kal/Brahm ?
Monade Kosmik : Rupa Brahma 1&2 rupa piti , 3 & 4 nama sukkha - Sanna Anenja (arupa) - 
sankhara vipassananana (alobha) - vedana Suddhavasa (adosa)- vinnana nirodha (amoha)
Anatta Nirvanik :
Sentra Advaita ?
SILENCE

FORMULA SWADIKA
Peniscayaan potensi/patensi keberdayaan di/ke segala dimensi 
orientasi, kualifikasi, realisasi
Bertahan dalam kebenaran , kebijakan, kehidupan
Senantiasa terjaga , menjaga, berjaga
Sinkronisasi transendental , universal , eksistensial
 Nyanyian Sansekerta Bahasa Divine Wejangan Maha-Yogi Rsi Markandeya
 AS /IF Manusia Dunia etc
Universiad keabadian : peningkatan level Swadika, pelimpahan  bakat Talenta, pengamanan Hisab Visekha
Aktualiser kehidupan : ketahanan stable vitale , kecakapan genius versus , kemapanan estate empire 
Integrated kesiagaan : alpha meditatif - betha reflekting - theta refreshe
welcome to the earth
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Buddha menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar, sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi.. 

AS /IF Petta apaya etc
Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa level rendahan yakkha ini)  
Case : pettavathu
Niraya ?
jika terdampar di apaya  hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma  atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.
Dalam Buddhisme Apaya adalah kemungkinan MLD .......

surga ytcrash
AS /IF Surga Kamadeva etc
Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
Case : jaminan nanda & bhikkhu surga
Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena  deficiency atau  sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada  /iblis & neraka?/). 
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).

buddha brahma
AS /IF Brahma etc
Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
(Fake story ?)  Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti  penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal.
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  

pencerahan Buddha
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam')....
(Fake story ?)  Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.
 
(tanggap paradoks intuitif > linear intelek ?) akan fakta experiential acinteya sabbanutanana pencerahan lokuttara Buddha yang sesungguhnya sebagai saddhamma adfalah holistik universal untuk mampu ditempuh siapapun juga (walau tentu saja mungkin dalam keterbatasan output sesuai pembatasan inputnya)  Saddhamma ini secara intuitif sederhana bersahaja (senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya. Namun demikian seperti mentari dalam biasan pelangi Saddhamma ini memang sangat kompleks kedalaman, kehalusan dan keragaman labirin warnanya yang tidak sekedar hitam putih sehingga memang akan susah bagi yang telah terjaga untuk segera membangunkan yang tertidur dari keterlelapan mimpinyaPenempuhan keterjagaan/keterarahan kode etik sila universal atau vinaya monastik ekslusif Sangha Samana plus metode penembusan intensif dibentuk demi tujuan tersebut secara bertahap. Idea & metode paedagogis simsapa pembabaran paradigma teparinama DhammaNya terkadang perlu nivritti negative 'lokiya' karena faktor audience-nya ( misalnya terma nibida /kejijikan?/ untuk mengatasi upadana /kelekatan/ walau kita tanggap itu hanya trick bijak untuk sadar swadika melampaui kecenderungan tanha samsarik tidak untuk picik menjauhi dengan kebencian yang justru akan berdampak kontraproduktif  bukan hanya bagi proses holistik universalisasi transenden nsmun juga harmoni eksistensialitas keberadaannya ... well, problem adalah internal (asava) bukan eksternal (dunia). Landasan Spiritualitas idealnya adalah kedewasaan aktualisasi murni yang sadar difahami dan disikapi sebagai wajar dijalankan untuk meniscayakan bagi keniscayaan pelayakannya bukan kepatuhan karena intimidasi ketakutan, kepamrihan karena transaksi keinginan ataupun sekedar/termasuk juga kerisihan untuk tidak dipermalukan / khouf, roja, haya ~ hiri, otapa, ? / walaupun demikian metode `lokiyabisa dimaklumi jika digunakan dikarenakan faktor audience-nya (walau tidak dibenarkan pada kemurnian akhirnya  namun mungkin juga tidak disalahkan pada kecenderungan awalnya ? ) 
Lanjutkan dulu  ...

Prajna Paramitha
Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be 

Dari  https://maxwellseeker.blogspot.com/2020/04/sita-hasituppada.html 
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
Dari http://dhammaseeker.blogspot.com/2020/05/ghost-windows-7.html 
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)

Kajian Pragmatism Sutt
Ovadha Patimokkha
Buddha sasana 
Dari komentar Vlog Bahiya etc )) (show) or  )(save) 
Tentang Anatta lakkhana Sutta :  
Bahiya : dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‗peniscayaan/ keniscayaan‘ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‗esensi murni‘ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‗pancupadana khanda‘ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‗rumah sejati‘ Nibbana )

Pancavagiya Kondana  : JMB 8 ? (dhammacakhapavatana ) + 2 (mahacatarisaka) ? 
Desain Global Dhammadhipateyya Buddhisme dalam transedensi penempuhan simultan (adiduniawi > duniawi) 
JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = 
Samma Saddha ("panna" ?)  2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) –
Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) –
Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi)
/Dhammacakkhapavatana sutta/
+ Samma Panna 2: Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti)
 / Mahacattarisaka Sutta/).  
 Tentang Brahmajala Sutta :

Dhamma atau agama ? personal god ? Labirin paralel dimensi meditator

Tentang Kalama Sutta :  
Buddhism & Philosophy : The Kalama Sutta.pdf (p.78-87) Bro Billy Tan
Buddhism & Philosophy The Kalama Sutta
untuk referensi autoritas akademis pengetahuan “agama” Buddhism  
   Bagian Kalama Sutta yang sering terlewatkan
atau bagi realisasi praktisi penempuhan Dhamma “Buddhism”
10. Bhante Pannavaro _ Dhammadhipateyya.mp4_snapshot_00.48.47

Dari sketsa ulasan di atas kami berharap anda cukup tanggap mengapa avijja kebodohan (+pembodohan) drama kosmik samsara yang menyekap dan menjebak ini tetap mampu (masih perlu?) eksis terjadi di advaita mandala samsarik ini. (sehingga kami tidak 'ewuh' untuk tetap bisa bukan hanya menjaga etika harmonisasi holistic eksternal ke permukaan namun juga demi tetap terjaganya kami di kedalaman).. Menjadikan diri berlevel mulia adalah bajik dan bijak tetapi menyatakan diri berlabel mulia (directly dengan rasionalisasi peninggian ego/ide membela diri atau indirectly dengan irasionalisasi perendahan ego/ide mencela lainnya) berbahaya dan justru bisa menjatuhkan  bukan hanya diri sendiri (dampak pasti) namun bisa juga lainnya (effek plus) kelanjutan beban karmik.
Well, untuk menjadi pandai, pintar dan cerdas relative lebih mudah namun menjadi benar, bajik dan bijak sungguh sangat susah. Tidak cukup kelihaian sikap intelek namun perlu kemurnian sifat intuitif (tanggap paradox tersirat x  bebal ... "pekok" tidak peka).
Walau sulit dijelaskan namun secara sederhana demikian gambarannya. Dasar utama (sekali-kali pakai kaidah religi, ya?)  adalah  Istafti qolbaka – tanya hatimu > akalmu (qolb berputar kemana ? sebagai nurani yang memang murni meng-"esa" dalam mengarah kebenaran atau naluri secara lihai meng-"aku" untuk mencari pembenaran ... samma sati vs miccha sati? ) agar segera sadar tahu diri/malu/sila tidak asal ‘gede rasa’ & ‘tebar pesona’.  Plus kaidah ...Merendahlah maka kau akan ditinggikan, meninggi akan direndahkan (ini laku kontekstual tidak sekedar ilmu konseptual, bro). Awas kepekaan diri untuk selalu tanggap paradoks yang tersirat tidak sekedar yang terungkap/ terlihat … menyatakan “aku adalah orang yang rendah hati (?)” walau semula kenyataannya mungkin demikian namun pernyataan ini justru menunjukkan dia sesungguhnya tinggi hati karena secara tersirat meninggikan dirinya bagi kebaikannya sendiri. Jalani kebajikan dngan kebijakan demi kebenaran itu sebagai kewajaran kosmik … jangan hebohkan itu sebagai kemuliaan figure. Main ketanggapan rasa tidak akal-akalan apalagi asal-asalan untuk menjadi seeker, bro. Wah, buka kartu turf ilmu batin, nih. /Wei Wu Wei - 3 dantien ?/
Tanpa kerendahan hati (istilah Sufism :tawadhu) sulit bagi kita memberdaya diri dan justru akan mudah terpedaya diri (istilah Sufism : Ghurur) bahkan malah bisa memperdaya lainnya (bonus kredit hutang tanggungan baru, bro.). Senjata (tepatnya sayap penjelajah untuk mencari / mencuri hikmah ) truth seeker sesungguhnya ‘hanya’ tiga sifat mendasar (idealnya integritas 'teku' asli di kedalaman tidak sekedar 'laku' semu moralitas ke permukaan ... pencari atau pencuri hikmah ?): kejujuran, ketulusan dan kerendahan hati untuk memandang/mengerti  yang samar/tersirat secara tepat  
Alam bergema … jika kita secara individual tidak jujur kepada diri sendiri dan lainnya bagaimana mungkin kosmik universal akan jujur terbuka membukakan gerbang ilmu bagi kita (kelicikan sesungguhnya menipu diri sendiri tidak selalu orang lain dan tentunya tidak mungkin kosmik ini). Demikian juga ketulusan berbagi/ kasih meng-esa yang mejadikan diri layak sebagai media universal dan kerendahan hati yang wajar untuk ditinggikan level kelayakan penerimaannya. … Ini bukan kepamrihan untuk diharapkan instant/identik (dambaan pengharapan apalagi jika hanya sekedar kemasan pencitraan malah menghambat / menghalangi bagi pencari hikmah/ berkah kebenaran truth seeker bahkan ini akan menjadi labirin parallel yang justru akan menyekap / menjebak bahkan bagi penempuh/ penembus benar True Seeker sekalipun). Ini keniscayaan pasti yang wajar /layak mengikuti (kaidah desain kosmik memang demikian…  terlepas dari kemungkinan termanipulasi eksploitatif pacaya lainnya … walau tidak diminta mekanisme Impersonalnya akan tetap memberi sesuai akumulasi/ aktualisasi/ akselerasi/ aksentuasi  hetu/ laku “pelaku”nya ). Metode truth Seeker 'pencari kebenaran' memang kami akui masih kalah level dengan Dhamma Sikkha True Seeker 'pencari yang benar' Ariya dalam menempuh/menembus Realitas dengan saddha panna viriya  … sebagai kewajaran, dengan kesadaran & dalam kehampaan diri anatta ? ... apalagi pelayakan parami 10 x 3 layer Boddhisatta ... wah, belum berani nekat, bro walau kami tahu itu cara cerdas & taktis dalam akselerasi pemurnian media impersonal.) 
Namun demikian sebagai puthujjana padaparama di luar sasana cara itu-pun sejujurnya tidaklah mudah dilakukan walau tampak sederhana dikatakan … kami tetap harus sportif (suceng) kami menerima apapun juga kelayakannya (kuantitas & kualitas amal/laku + resik murni wadah batinnya… apalagi jika level memang belum berkembang memadai atau sadar arus batin memang menyimpang dari jalur yang seharusnya). Dengan keterbatasan kualitas etika realisasi tersebut mirroring kami lakukan mengkaji hikmah ilmiah dengan semacam logika inferensi prediktif  yang lebih mendalam /tidak dengan merendahkan obyek ide namun justru dengan merendahkan subyek ego untuk mampu reseptif tanggap merengkuhnya walau memang sangat terbatas sesuai dengan keterbatasan diri dan pembatasan yang ada ). Memang bukan analogi intelek biasa bagi paradigma baru tidak lagi dangkal seperti semula.  Susah/ribet penjelasannya, ya. (nanti direvisi lagi atau ... lupakan saja). 

Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium. 
Be Truth Lover whoever & wherever we are ...
(Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita) 
karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima 

Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling...... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.
Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya).Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya

EPILOG :
Well, kami kira posting ini sudah tetap konsisten untuk tidak meneruskan imaginasi hanya menegaskan kembali untuk tetap senantiasa benar dan tegar menjalani kehidupan ini dengan bijak dan bajik secara sehat, tepat. Terakhir : Sebagaimana akhir posting awal Corona di blog ini
Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi tranyakan karena mulai memandang dengan  tidak picik /dangkal lagi.
Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/ ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya. 
Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam penempuhannya.  
Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu kebijaksanaan agar  senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya ….
Menerima, mengasihi  dan melampaui segalanya tanpa perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu  dilekati apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak impersonal transenden dari segala kecerobohan individual/pelanggaran universal yang personal imanen) dalam kelanjutan permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada kemungkinan MahaPralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya).

Intinya (terimalah kenyataan bukannya tidak empati, peduli dan simpati, lho) sakit,tua dan mati adalah kewajaran dalam hidup demikian juga lokadhamma 8 (untung/rugi, tenar/biasa, terpuji/ dicela, suka/duka)... tetaplah terjaga dan bersiaga untuk senantiasa berimbang (dengan sukarela atau harus terpaksa ?) menyambutnya (kecemasan, kekesalan dan keresahan walau mungkin dianggap 'wajar' secara eksistensial sebagai figure personal sesungguhnya bukan hanya tidak berguna namun tidak bijaksana secara universal sebagai media impersonal untuk senantiasa tetap sadar menghadapinya ). … Lakukanlah yang terbaik dalam niat dan cara untuk memperoleh hasil yang terbaik walaupun kenyataan tidak selalu terjadi sebagaimana keinginan. Untuk kesekian kalinya, Nilai "Diri" (Real - true level x "fake" - label pride ... harga diri) bukan ditentukan dari apa yang kita dapatkan (produk 'garis' kammavipakka lampau ?) namun dari apa yang kita lakukan (progress 'input' kammasaka mendatang?).

Sekian
Upload data dulu (selected data lama + sedikit data baru )... dari sketsa (relatif sama) dengan posting lalu (yang selalu tidak pernah tuntas ?) sudah bisa ditebak kemana nanti larinya (inferensi daya tangkap + intuitif daya tanggap)

No comments:

Post a Comment